Uchi, Jawara FBSS Pop Minang Festival II

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh arif
Sabtu, 22 Maret 2008 16:50:52 Klik: 2282
Klik untuk melihat foto lainnya...

Gamang-gamang di seso mimpi...

Ia melantunkan sebait lirik yang pernah ditenarkan penyanyi Minang, Susi. Pelajar SMAN 3 Padang ini mengingat kemenangan yang baru didapatnya beberapa hari yang lalu. Juri FBSS Pop Minang Festival II mendapuknya menjadi peringkat pertama. Itu juga lagu yang dibawakannya ketika final. Tidak itu saja, masih tahun ini, Uchi begitu wanita cantik ini disapa, merebut peringkat pertama Padang Idola II yang diadakan Diknas serta posisi ke II lomba lagu religius. Itu baru sebagian dari prestasinya.

Sewaktu SLTP dulu ia sudah merasakan manisnya kerja keras de­ngan merebut juara I Lagu Bahaya Narkoba. Juara tiga pun pernah diraihnya se­waktu Lomba Lagu Pop Mi­nang di Bukittinggi. Bahkan, masih di SLTP, ia menyabet juara harapan 3 Lomba Lagu Pop Indonesia yang dise­lenggarakan HBT (Himpunan Bersatu Teguh).

Selain itu ia menjadi model di Fast Modelling, membintangi iklan Optik Minang di Padang TV dan –yang mencengangkan—me­re­but empat medali emas dalam kejurda (tingkat yunior) taekwondo.

Semua prestasinya memang didapat dari kerja keras. Untuk nyanyi, ia latihan seminggu tiga kali. Kalau ada lomba malah bisa tiap hari. Begitu juga dengan taekwondo. Kalau sudah “dipondokkan”, bisa 7 kali seminggu. Kalau ada benturan, ia mengaturnya sebaik mungkin agar tidak menganggu sekolah. Uchi memang jarang dapat peringkat, “Tapi nilai saya lumayan bagus,” katanya.

Ingin kumiliki, seluruh cintamu, sadari...

Ia menyanyi lagi. Kali ini lagu Ruth Sahanaya. Uchi mengaku sangat tergila-gila dengan penyanyi mungil pelantun “Tak Kusangka” itu. “Tekniknya tinggi. Pokoknya Uchi suka,” ucapnya dengan mata berbinar. Beberapa lagu Uthe, panggilan anggota tiga diva itu—memang sering mengan­tarnya jadi juara.

Selain itu, Soeharto menjadi tokoh idolanya. Sebuah pilihan unik sebenarnya. “Saya terharu baca jalan hidupnya. Dokumentasinya saya punya segini...” ia merenggangkan telunjuk dan ibu jurinya setinggi 2 cm, “apalagi ketika banyak yang menghujatnya saat meninggal. Dalam sebuah tulisan, seorang penulis (ia lupa) mengatakan, setelah membaca, kita akan tau betapa banyak yang diberikannya. Kita tidak akan lupa. Karena itu saya tertarik,” ceritanya.

Baginya, keluarga adalah segalanya. Abangnya (kakak Laki-lakinya) adalah penentu dalam keluarga. Jika kata tidak keluar dari mulut kakak sulungnya itu, ia akan menurut. Makanya, ia malah membawa teman-temannya datang ke rumah. Ia jarang keluar untuk hal-hal yang tidak berguna.

Orangtuanya juga sangat membantu, “Papa dan Mama telah memberikan segalanya, segala­nya, agar Uchi senang. Uchi tak bisa minta lebih. Bersyukur banget punya orangtua kayak Papa-Mama Uchi,” katanya.

Cita-citanya juga nggak muluk-muluk. Ingin jadi sarjana saja. Di bidang Perbankan. “Kakak sepupu saya kerja di Bank, kayaknya asyik,” alasannya. Makanya akuntansi dan metematika menjadi pelajaran yang diminatinya. “Meski kadang-kadang susah juga,” ucapnya.

Kesukaannya terhadap matematika dimulai sejak SMP. Ibu Trisna, sang guru, mampu mengajar dengan baik. “Kayak Mama sendiri kalau mengajar di kelas,” jelasnya. Makanya, ia mau les privat di rumah dengan Ibu Trisna.

Walau, begitu ia berjanji akan mati-matian di dunia tarik suara. “Sampai merasa tidak mampu lagi. Jadi, doakan Uchi bisa sukses selalu,” pintanya di ujung wawancara. (***)

 
Berita Berita Terkini Lainnya