Eksistensi Sekolah Bertaraf Internasional

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh arif
Senin, 15 Desember 2008 15:27:10 Klik: 2156

Bangga Bisa Masuk Kelas Internasional

Bangga rasanya bisa duduk di kelas internasional yang ada di sekolah. Inilah impian setiap siswa, hari ini. Namun, tentu saja ada ‘usaha’ tersendiri untuk bisa masuk kelas internasional tersebut. Ada apa saja sebenarnya di kelas internasional?

Siapa yang tidak tergiur dengan segala fasilitas yang ditawarkan di kelas internasional? Ruangannya ber-AC, belajar dibantu LCD, ada kamera tersembunyi (CCTV), tiap siswa disediakan lemari penyimpan (locker). Di sudut belakang kelas ada pustaka mini, dispenser, jendela dikasih tirai, dan pengeras suara (speaker).

Hmm, pastinya, siapa pun yang berada di ruangan tersebut pastilah merasa nyaman. Ada lagi, ternyata menu makan siang juga disiapkan untuk siswa-siswa di kelas internasional. Anak-anak di kelas reguler, mana dapat yang begituan.

Tidak hanya fasilitas ruang belajar yang dibedakan dengan program reguler, biaya pendidikan di kelas internasional pun lebih tinggi sedikit. Beda biaya pendidikan di kelas internasional dengan reguler hanya Rp100 ribu.

Nah, agar bisa mendapatkan kursi di kelas internasional seorang siswa harus mengikuti berbagai seleksi yang ditetapkan sekolah. Apa saja? Sebut saja tes administrasi, tes skolastik, tes ELA (Elementary English Language Arts Assesment). Jika semua hasil tes mencapai bobot di atas 70 persen, siswa dinyatakan lulus untuk kelas internasional.

M Givari, seorang siswa di kelas internasional SMAN 10 Padang menceritakan suka-dukanya. Perjuangan panjang dan kerja kerasnya, ia berhasil untuk duduk di kelas yang menjadi impiannya. Supaya bisa lulus ia pun berusaha mempersiapkan diri dengan sebaiknya.

“Selama dua minggu saya berusaha membaca semua materi yang diajarkan di SLTP dulu, dalam pikiran saya adalah bagaimana bisa berhasil,” ucap M Givari. Kendati Bahasa Inggris masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa, ternyata baginya pelajaran itu sangat menyenangkan. Pilihan untuk masuk ke kelas internasional, selain berasal dari dirinya juga didukung orangtua.

”Cuman saya agak kesulitan dengan penggunaan Bahasa Inggris pada istilah matematika, di sini kan belum ada labor Bahasa Inggrisnya,” kata cowok berkulit putih itu.

Wakil Kesiswaan SMAN 10 Padang, Emrizal mengaku sekolahnya belum bisa  masuk pada kategori Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), namun baru masuk pada kategori RSBI. Katanya untuk menjadi SBI, sekolah diwajibkan untuk menggunakan standar kurikulum internasional (kurikulum cambridge-red) serta dalam proses belajar diwajibkan seluruhnya berbahasa Inggris.

”Pada kelas internasional ada sedikit tambahan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) plus variabel eks (+ x).

Maksud x di sini adalah kurikulum cambridge. SMU 10 Padang memiliki 11 lokal kelas internasional dengan rincian empat lokal di kelas 10 (atau kelas 1), empat lokal di kelas 11 (di kelas 2) dan tiga lokal di kelas 12 (di kelas 3). Masing-masing lokal jumlah siswanya 32 orang.

Pada kelas internasional juga didatangkan dosen tamu dari UNP dan Unand Padang. Dosen tamu tersebut didatangkan satu kali dalam 15 hari dan minimal dosen tamu harus berpendidikan S2. Siswa yang masuk ke dalam  kelas internasional internasional juga diwajibkan mengikuti tambahan jam pelajaran selama 2 jam setiap harinya serta diwajibkan menggunakan bahasa Inggris pada empat bidang studi yaitu Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia.

“Pada empat bidang studi itu, wajib menggunakan bahasa Inggris, sedangkan pada bidang studi lainnya hanya dianjurkan saja,” katanya.

Emrizal juga mengaku sejauh ini, pihaknya baru memiliki dua lokal untuk labor IPA, dua lokal untuk labor komputer dan satu lokal untuk labor Kimia/Biologi. Khusus untuk labor bahasa sekolahnya belum memiliki. Minimnya fasilitas dari SMAN 10 Padang membuat penilaian sekolahnya hanya mendapat sertifikasi dengan nilai B. ”Kami memang agak terkendala dengan sarana dan prasarana yang ada. Supaya menuju kelas internasional, fasilitas itulah yang kita benahi dulu,” ucapnya.

Emrizal mengungkapkan kendati sudah masuk dalam kelas internasional, tidak berarti siswa alumni kelas internasional bisa diterima pada universitas di luar negeri. Kecuali jika alumni di SMAN 10 Padang mau mengikuti paket yang ditawarkan. Harga satu paket sebesar Rp800 ribu. Jika untuk empat mata pelajaran siswa harus membayar Rp3,2 juta.

“Lulusan kita belum bisa sepenuhnya diterima di universitas luar negeri mereka terlebih dahulu harus mengikuti prakuliah selama 1 tahun dan setelah itu baru mereka bisa diterima. Namun kalau sudah ikut paket, pada universitas mana saja di dunia mereka bisa diterima,” katanya.

Harapan yang sama juga dilontarkan Wakil Kepala SMPN 1 Padang Endang Erianti yang berharap SMP 1 Padang bisa naik peringkat ke SBI. Ia menyebutkan siswa di kelas internasional di SMP 1 Padang  juga wajibkan berbahasa inggris untuk empat bidang studi yaitu Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan IPA. “Kita baru satu tahun menerapkan kelas internasional dan banyak yang mesti dibenahi,” ucapnya.

Di  SMP 1 Padang baru memiliki dua lokal kelas internasional. Masing- masing lokal memiliki siswa sebanyak 24 orang. Total siswa secara keseluruhan di SMP 1 adalah 821 orang dan 48 di antaranya adalah siswa kelas internasional.

Sumber: Padang Ekspres
Edisi: Sabtu, 13 Desember 2008
 

 
Berita Berita Terkini Lainnya