Guru TK Diminta Lebih Kreatif Lagi

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh arif
Senin, 28 April 2008 13:54:31 Klik: 4677
Klik untuk melihat foto lainnya...
Guru-guru Taman Kanak-kanak (TK) belum berani mempraktikkan kreativitas dalam metode belajar. Padahal metode belajar yang diterapkan kepada murid-murid mulai dari metode bercerita, dan bernyanyi sudah menjadi metode standar. Tapi persoalannya, metode tersebut tidak dibarengi dengan kreativitas guru dalam mengajar. Akibatnya guru-guru hanya mendoktrin apa yang diajarkan kepada murid-murid tanpa memikirkan apakah murid-murid tersebut berpikir lagi atau tidak. Sudah saatnya, mulai dari guru-guru TK hingga jenjang selanjutnya menerapkan metode belajar dengan kreativitas. Hal itu terungkap dalam workshop guru Taman Kanak-kanak dengan tema bersama meningkatkan kreativitas anak Indonesia di Hotel Rocky, Sabtu (26/4) .

Workshop tersebut menghadirkan pembicara Guru TK Cikal Harapan Jakarta Petro Alexi dan dihadiri lebih dari 150 guru TK yang ada di Kota Padang. Petro mengakui guru-guru TK masih belum berani untuk mengembangkan kreativitas mereka, sehingga mereka akan menjadi guru yang tidak berkreativitas. Padahal guru-guru tersebut memiliki ilmu-ilmu teori metode pengajaran yang merangsang kreativitas murid. Namun, dalam prakteknya, pengembangan kreativitas tidak berjalan dengan baik. ”Guru-guru kita kadang dalam praktiknya tidak mau mengembangkan metode belajar tersebut yang mampu mengembangkan kreativitas murid-murid. Padahal kreativitas merangsang murid-murid untuk berpikir dan ingin tahu lebih mendalam apa yang diajarkan oleh guru,” kata Petro yang sering menjadi pembicara pada seminar PAUD dan pendidikan TK ini.

Lanjutnya menjelaskan kreativitas tersebut memiliki peran penting dalam metode pembelajaran. Selain menjalin komunikasi dengan anak didik juga mampu mengembangkan sikap moral, membangun artistik, mengembangkan sikap peduli sosial, imajinasi matematika dan lainnya. Ransangan kreativitas ini, menurut Petro memang diperlukan semenjak dini. Karena ini berpengaruh pada pertumbuhan anak selanjutnya. ”Kalau anak-anak tersebut kurang diberikan kreativitas dari sejak dini dan selalu dipaksa untuk terus belajar dan menulis dengan metode yang menonton maka di tingkat sekolah dasar seperti di kelas III dan empat SD akan mengalami kejenuhan,” kata Petro. Diakui, Petro mengembangkan metode kreativitas ini berarti menuntut guru untuk memberikan sikap pelayanan guru kepada murid-murid. Karena, pengembangan kreativitas menjadi tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidik.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Burhasman Bur mengatakan, usia 0-4 tahun menjadi golden age yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Makanya, pada usianya ini betul-betul diperlukan asupan kreativitas sehingga anak-anak mampu mengembangkan kreativitasnya sejak dini.

Sumber: Padang Ekspres/ Senin, 28 April 2008/(afi)
 
Berita Berita Terkini Lainnya