Inovasi Kompetensi di Sekolah Bisnis

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh wirnadianhar
Sabtu, 27 September 2008 04:35:32 Klik: 4255
Inovasi Kompetensi di Sekolah Bisnis
Klik untuk melihat foto lainnya...

Selain bisnis, kompetensi lain yang menjadi tuntutan dewasa ini adalah kemampuan memanfaatkan teknologi untuk kepentingan bisnis.

Bisnis tampaknya masih menjadi salah satu program studi pilihan masyarakat. Ini terlihat dari semakin banyaknya sekolah bisnis yang bermunculan. Tidak hanya dari segi jumlah, program dan kompetensi yang ditawarkan sekolah bisnis pun semakin beragam. Awalnya bisnis diajarkan di tingkat magister, namun kini sudah banyak lembaga pendidikan yang menyediakan bisnis dalam jenjang sarjana.

‘’Bisnis tak akan pernah mati. Selalu diminati setiap tahunnya. Perusahaan tetap membutuhkan lulusan-lulusan yang mengerti ilmu bisnis,’’ ungkap Director of Studies UniSadhuGuna, Adi Nurmahdi. Munculnya sekolah bisnis memang tak hadir dalam sekejap mata.

Selama ini pelajaran yang menyangkut bisnis, memang bisa ditemui di fakultas ekonomi. Ini dikarenakan, pelajaran tentang ilmu bisnis di Indonesia masih berada di bawah lingkup ilmu ekonomi. Sehingga, tak heran jika kita bisa menemukan tiga jurusan atau program studi di Fakultas Ekonomi, manajemen, akuntansi serta studi pembangunan.

Padahal, di luar negeri kondisinya jauh berbeda. Executive Director Bakrie School of Management (BSM), Imbang J. Mangkuto mengungkapkan, di sana bisnis dipelajari sendiri. Departemen Ekonomi mempelajari apa yang di Indonesia disebut Studi Pembangunan. Sedangkan manajemen dan akuntansi dipelajari di college of bussiness. ‘’Untuk mengembalikan bisnis ke tempatnya, beberapa pihak kemudian berfikir untuk mendirikan lembaga yang memberikan ilmu tentang bisnis yang lebih spesifik dan terfokus,’’ ungkapnya. Pemisahan inilah yang menjadi salah satu faktor yang melatar belakangi hadirnya sekolah-sekolah bisnis.

Sebut saja Prasetiya Mulya (PM) yang mulai menyediakan program bisnis untuk jenjang sarjana sejak 2005. Sejak dibuka, program ini mendapatkan animo yang cukup besar dari masyarakat. Direktur Program S1 Bisnis PM Prof Agus W Soehadi, Ph D menceritakan, angkatan pertama yang mengikuti tes sebanyak 350 orang, dengan jumlah yang diterima hanya 89 orang. ‘’Jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun,’’ kata Agus.

Agus menyadari, dunia semakin berkembang dan berubah. Begitu pula dengan dunia bisnis. Karenanya ia selalu melakukan inovasiinovasi baru dalam memberikan pendidikan bisnis di PM. Agus menyebut hal itu sebagai ‘warna’ yang membedakan PM dengan sekolah bisnis lainnya.

Profesor bidang marketing ini menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang ingin dikembangkan di PM. Yaitu ilmu pengetahuan di bidang bisnis, pembentukan karakter, dan social awareness. Tiga hal ini yang menjadi pembeda PM dengan sekolah bisnis lain. Perbedaan lain yang ingin dimunculkan adalah penekanan PM terhadap entrepreneurship, jelas Agus.

Dengan penekanan ini, PM tidak hanya ingin membentuk kompetensi mahasiswa yang memiliki ilmu pengetahuan saja, melainkan juga memiliki semangat dan keterampilan yang kuat dalam bidang entrepreneurship. Agus menyebut kompetensi yang dibangun sebagai kompetensi entrepreneur dengan ilmu pengetahuan yang kuat..

Mengingat perkembangan zaman saat ini terjadi dengan cepat, kompetensi yang ingin dibentuk pun mengalami perkembangan. Selain kompetensi yang sudah ada, ditambah dengan kompetensi dalam bidang teknologi, khususnya teknologi digital. Yaitu bagaimana menggunakan teknologi digital untuk kepentingan bisnis. Ini merupakan alternatif cara berbisnis yang ditawarkan Agus kepada mahasiswanya..

Agus memaparkan, teknologi merupakan jawaban terhadap halangan-halangan yang muncul dalam berbisnis. Seperti halangan jarak maupun halangan waktu. Dengan menggunakan teknologi digital, seorang pebisnis dapat menjangkau semua orang di seluruh negara. Sehingga cakupan bisnisnya semakin luas dan tidak terhalang jarak.’’Pemahaman inilah yang ingin kami tanamkan dalam pikiran setiap mahasiswa,’’ ujar Agus..

Ada tiga mata kuliah yang disediakan untuk menunjang kompetensi ini. Yaitu Information and Communication Technology (ICT), New Media Technology, dan Digital Marketing. Mata kuliah ICT lebih sebagai mata kuliah pendahuluan yang menekankan kepada pengenalan dan teknik. New Media Technology berbicara mengenai media digital yang digunakan untuk melakukan bisnis. Sementara Digital Marketing, lebih menekankan kepada penggunaan media digital untuk kepentingan marketing..

‘’Selain tiga mata kuliah di atas, kami juga menuntut mahasiswa untuk menggunakan teknologi dalam setiap proyek yang kami berikan. Dengan begitu, kami harapkan mahasiswa semakin menguasai teknologi yang ada dan dapat menggunakannya untuk kepentingan bisnis,’’ kata Agus..

Meskipun begitu, Agus mengakui masih sedikit mahasiswa PM yang dapat memaksimalkan teknologi digital untuk keperluan bisnis, yaitu sekitar 30 sampai 40 persen. Ia yakin angka ini akan terus meningkat. Karena adanya kecenderungan mahasiswa menggunakan teknologi untuk seluruh aktivitasnya. ‘’Saya melihat mahasiswa menganggap teknologi sebagai tantangan. Karenanya ada respon yang bagus di kalangan mahasiswa,’’ papar Agus..

Cara lain ditempuh BSM. Untuk membentuk kompetensi mahasiswa yang berkualitas, BSM memulai dengan cara mengumpulkan mahasiswa yang berprestasi. Untuk menarik mereka, BSM memberikan beasiswa penuh. Mulai dari biaya pendidikan, buku, hingga biaya hidup. Yang menarik adalah, jumlah mahasiswa penerima beasiswa ini mencapai tiga per empat dari seluruh jumlah mahasiswa..

Dengan begitu, jelasnya, diharapkan akan menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi semua mahasiswa. ‘’Karena didominasi oleh siswa berbakat dan berprestasi, perkuliahan akan berjalan dengan penuh persaingan. Dengan begitu, semua mahasiswa akan terus terdorong untuk belajar dengan keras,’’ kata Imbang.

Sumber :Republika edisi 21 Juli 2008

 
Berita Berita Populer Lainnya