Pesantren Ramadhan Butuh Variatif

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh wirnadianhar
Minggu, 28 September 2008 08:26:57 Klik: 3371
Pesantren Ramadhan Butuh Variatif
Klik untuk melihat foto lainnya...
Sabtu lalu (27/9) menjadi hari terakhir pelaksanaan pesantren Ramadhan 1429 H di Kota Padang, sesuai instruksi Walikota No 451.1739/ Binsos-2008. Para peserta tentu punya kesan tersendiri terhadap kegiatan yang menyedot dana APBD Padang sekitar Rp2,025 miliar tersebut. Hasil pooling Sumatera Barat Intellectual Society (SIS) minggu lalu (Padek, 21/9) menunjukkan bahwa mayoritas responden (75%) mengapresiasi positif kegiatan tersebut. Fakta tersebut tentunya cukup menggembirakan, meski belum sepenuhnya menjamin perilaku positif itu bisa bertahan pascapelaksanaan pesantren Ramadhan.

Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi berbagai faktor. Menurut Suryabrata (1982: 27) ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurutnya yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan, motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran).

Oleh karena itu, SIS mencoba melihat beberapa faktor penyebab peserta pesantren mengapresiasi positif kegiatan tersebut. Pooling  tetap ditujukan kepada 100 orang responden dengan pengambilan sampel secara berkelompok. Berikut pemaparan hasilnya.

Apresiasi positif responden terhadap kegiatan pesantren Ramadhan 1429 H salah satunya dipengaruhi oleh kualitas/kapabilitas para pelaksana dan pengisi acara. Hal ini terungkap dalam pooling SIS. Ketika ditanyakan bagaimana menurut responden penguasaan materi dari narasumber/ pemateri, sebanyak 70% menyatakan narasumber menguasai materi yang disampaikan, sedangkan 24% menjawab narasumber tidak menguasai, sementara 6% lainnya menjawab tergantung siapa narasumbernya.

Menguasai materi saja tentunya tidak cukup menjadi modal keberhasilan seorang narasumber/ pemateri dalam menyampaikan materinya. Cara penyampaian atau penyajian materi turut mempengaruhi penerimaan materi oleh santri. Sebanyak 71% responden menyukai cara narasumber dalam menyajikan materi, sementara 29% lainnya tidak menyukainya.

Menurut pengakuan Reza Afrinaldo, santri di Mushala Jihad Lubuk Lintah narasumber yang menyampaikan materi dengan baik cara penyampaian yang baik, rata-rata narasumber membumbui materinya dengan memberikan permainan-permainan (games) yang membuat suasana menjadi lebih rileks. Dia menilai pemberian games tersebut membuat para peserta menjadi tertarik dan antusias mengikutinya, apalagi cara pembelajaran seperti itu tidak pernah ditemukannya di sekolahnya.

Suci Amalia, Siswa MAN 2 Padang menambahkan, baginya kegiatan pesantren Ramadhan sangat menyenangkan. Meski kadang merasa bosan dalam menerima materi, akan tapi rasa bosan itu tidak terlalu menguasai nafsu dan emosi. Pemberian materi diselingi dengan games, simulasi, membaca Asmaul Husna bersama, praktik ibadah dan hifzil qur’an, pergiliran kultum, evaluasi di akhir pekan hingga nonton film.

Model pembelajaran yang bervariasi tersebut ternyata berpengaruh positif bagi keberhasilan pembelajaran dalam kegiatan pesantren ramadhan. Mengenai aspek kedisiplinan waktu dalam pelaksanaan pesantren Ramadhan 1429 H ini, sebanyak 84% responden menyatakan kegiatan pesantren dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dibuat, sementara 16 % lainnya menilai kegiatan tersebut tidak tepat waktu.

Sementara ketika ditanyakan apakah para responden setuju jika pesantren ramadhan kedepan para peserta di asramakan? Sebayak 74% dari mereka tidak setuju dengan konsep tersebut, hanya 26% yang mendukung peserta “mondok” selama kegiatan pesantren ramadhan. (irwan suwandi sn/ Litbang SIS)

Sumber : Padang Ekspres edisi Minggu / 28 September 2008

 
Berita Berita Populer Lainnya