Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas Wafat

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh arif
Jumat, 12 Desember 2008 05:27:26 Klik: 1443

Presiden:
Almarhum adalah Diplomat, Pendidik, dan Negarawan yang Sangat Dihormati


Atas nama negara, bangsa dan selaku pribadi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan bela sungkawa dan duka cita yang mendalam atas meninggalnya mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden dan mantan menteri luar negeri, Ali Alatas.

"Kami semua menyayangi almarhum dan mendoakan ke hadirat Allah SWT semoga almarhum diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan pengorbanan, pengabdian, dan perjuangannya selama beliau menjadi bagian dari perjuangan bangsa kita," ujar Presiden SBY usai melayat di rumah duka, Kamis (11/12) malam.

"Saudara-saudara, bangsa Indonesi kembali kehilangan salah satu terbaik bangsa, Bapak Ali Alatas. Kita semua mengenal almarhum. Beliau adalah diplomat, tokoh, pendidik dan negarawan yang sangat kita cintai. Yang dihormati dan disegani bukan oleh bangsa Indonesia saja tapi juga bangsa lain di dunia. Pengabdian beliau panjang terutama di dalam perjuangan politik luar negeri dalam ikut memperjuangkan kepentingan nasional di forum-forum global," kata SBY.

Ali Alatas adalah diplomat yang tangguh, tekun, penuh dengan optimisme, dan bekerja tidak mengenal lelah. "Dalam diplomasi, beliau tahan berhari-hari, berminggu-minggu di meja perundingan, bernegosiasi melakukan lobi untuk kepentingan bangsa dan negara kita. Sebagai pendidik, beliau menjadi guru bagi semua, bagi para diplomat junior, bagi siapa saja yang ingin mendalami seluk-beluk hubungan internasional dan politik luar negeri. Sebagai negarawan beliu selalu mementingkan kepentingan bangsa," SBY menjelaskan.

"Tutur kata, sikap, perilaku politik beliau patut kita teladani. Baik ketika beliau sedang berada di dalam jajaran pemerintahan, sedang memiliki kekuasaan yang kita baca sebagai amanah, maupun tidak lagi aktif menjadi menteri atau diplomat misalnya tapi kontribusi beliau terhadap bangsa dan negara tetap besar. Saya ingin memberikan contoh-contoh. Di luar negeri banyak sekali yang melihat almarhum sebagai guru, kakak dan rekan. Belum lama ini, ASEAN misalnya telah menyusun piagam baru, ASEAN Charter. Almarhum pelaku aktif, menjadi narasumber karena almarhum menjadi salah satu founding fathers dari kerjasama di lingkungan Asia Tenggara," tambahnya.

Ali Alatas sangat aktif. Dalam kurun 45 tahun terakhir, dalam kapasitas sebagai diplomat yang sangat arif dan cerdas, dalam kapasitas beliau sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Ali Alatas dengan tekun, sabar, mengayomi, menyampaikan pandangan-pandangan yang konstruktif kepada Presiden SBY. "Beliau juga sering menyampaikan pandangan-pandangan yang kritis, tapi disampaikan dengan bahasa yang tepat," ujar SBY.

"Beliau tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Kepada saya sebagai Presiden, beliau menyampaikan pandangan-pandangannya, nasihat-nasihat, pertimbangan-pertimbangan yang sangat tepat sebagai hasil dari pembahasan Dewan Pertimbangan Presiden. Semua pikiran Dewan Pertimbangan beliau sampaikan kepada saya untuk kebaikan, untuk membuat keputusan dan kebijakan Presiden misalnya lebih tepat dan sesuai dengan apa yang menjadi kepentingan rakyat," kenang SBY.

Ketika Indonesia mengalami gesekan dengan negara sahabat, seperti Malaysia, almarhum dengan pikiran-pikiran yang cerdas mengolah bagaimana kita memelihara hubungan yang strategis dengan Malaysia. "Beliau dengan para senior yang lain aktif dalam menyelesaikan masalah, melakukan pendekatan-pendekatan kultural dan bukan pendekatan politik untuk kukuhnya persabatan Indonesia dan Malaysia," SBY menjelaskan.

"Beliau sangat aktif, bahkan ketika beliau tidak lagi aktif di pemerintahan, tidak menjadi diplomat aktif dan menteri, berkomunikasi dengan para diplomat di dalam dan luar negeri. Dengan sabar beliau mendengar, dengan tepat beliau menyampaikan pandangan-pandangannya," lanjut SBY.

"Saya hanya ingin menyampaikan siapa sosok almarhum agar dikenang anak cucu kita, bangsa kita. Ada tokoh besar yang barangkali tidak masuk dalam khasanah perpolitikan atau media kita. Saya punya kenangan yang sangat manis dengan beliau. Pada tahun 1999, ketika ada peristiwa Timor Timur, beliau menjadi Ketua Delegasi Indonesia untuk menjelaskan di depan Dewan Keamanan PBB. Saya sebagai salah satu perwira tinggi senior dari TNI mendampingi beliau. Saya banyak belajar bagaimana beliau menjelaskan kepentingan nasional Indonesia di forum Dewan Kemananan yang waktu itu sangat keras," kata SBY.

"Tahun berikutnya lagi, saya berkesempatan, karena Pak Ali Alatas sudah diluar pemerintahan menjadi Ketua Delegasi, juga di depan Dewan Keamanan PBB atas peristiwa di Atambua. Saya ingat apa yang beliau sampaikan dan beliau bawakan. Saya belajar untuk menyampaikan, mempertahankan kepentingan nasional di tingkat forum global itu," tegas SBY.

Sembilan tahun kemudian, tahun lalu, tahun 2007 ketika Presiden SBY berkunjung ke PBB untuk mengikuti pertemuan puncak Dewan Keamanan PBB dan Almarhum sebagai Ketua Dewan Pertimbangan ikut mendampingi. "Kalau dulu, sembilan atau delapan tahun yang lalu beliau yang didepan, kami belajar, dituntun, diberikan nasehat, kemarin beliau dari belakang Tut Wuri Handayani memberikan pertimbangan nasehat kepada saya bagaimana kita berdiplomasi di forum global itu," ujar SBY.

Ini contoh kenegarawanan yang sejati. "Pada saatnya beliau ing ngarso sungtulodo, si depan memberi tuntunan dan mendidik. Pada saatnya lebih tepat berada di belakang, beliau medorong, mempersilakan adik-adiknya untuk mengemban tugas sambil terus memberikan pandangan dan nasihatnya. Yang saya sampaikan ini, hanya bagian kecil saja dari lintasan pengabdian almarhum, Bapak Ali Alatas yang sama-sama kita cintai," tegasnya. (osa)

Dirilis dari Situs Resmi Kepresidenan RI
http://www.presidensby.info/

 
Berita Berita Terkini Lainnya